JAKARTA - Saat ini kalender Hijriah telah memasuki bulan Rabiul Akhir. Menarik untuk mengetahui di balik penamaan Rabiul Akhir.
Rabiul Akhir merupakan bulan keempat dalam kalender hijriah. Bulan ini setelah Rabiul Awal dan sebelum Jumadal Ula.
Melansir laman NU, Rabu (24/9/2025), pada masa Jahiliyah, masyarakat Arab menyebut bulan Rabiul Akhir dengan nama Wubshan atau Wabshan. Sementara Rabiul Awwal dikenal dengan sebutan Khawwan atau Khuwwan, dan Jumadal Ula disebut al-Hanin. Hal ini sebagaimana dijelaskan Abu Bakar Muhammad dalam karyanya Jamhartul Lughah (Beirut: Darul 'Ilmi, 1987, jilid 3, hlm. 1311).
Menurut satu riwayat, penamaan bulan Rabiul Akhir diberikan pertama kali oleh Kilab bin Murrah, buyut kelima Rasulullah SAW. Nama tersebut terhubung dengan fenomena alam pada musim rabi’ atau musim semi yang terjadi di Jazirah Arab, di mana rerumputan menghijau, tanaman tumbuh subur, dan pepohonan berbuah.
Musim semi umumnya berlangsung selama dua bulan, sehingga nama ini melekat pada dua bulan berturut-turut, yakni Rabiul Awwal dan Rabiul Akhir.
Selain sebagai nama bulan, kata rabi’ juga digunakan sebagai sebutan untuk salah satu dari enam musim dalam tradisi masyarakat Arab, yaitu ar-rabi al-awwal (musim semi pertama), shaif (musim panas), qaizh (puncak musim panas), al-rabi' al-tsani (musim semi kedua), kharif (musim gugur), dan syitha (musim dingin). Penjelasan ini dikemukakan oleh Abu al-Ghauts dalam Lisanul ‘Arab (jilid 8, hlm. 103).
Masyarakat Arab pada umumnya mendahului penyebutan bulan ini dengan kata syahr yang berarti “bulan”. Pengucapan namanya memiliki dua versi, yakni syahru rabi’in al-akhir atau syahru rabi’il akhir dengan idhafat. Hal tersebut dijelaskan Ahmad ibn Muhammad dalam al-Mishbahul-Munir (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, jilid 1, hlm. 216).
(Erha Aprili Ramadhoni)