Pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khattab terdapat seorang ibu dan anak perempuan yang bekerja memerah susu kambing. Dari penjualan susu kambing tersebut mereka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Suatu ketika pada musim panas, ibunya mengeluh pasokan susu kambing menurun. “Hasil susu kita semakin hari semakin sedikit saja, tidak cukup untuk keperluan kita,” ujar sang ibu.
Â
“Kambing-kambing ini sudah kurang makan karena rumput-rumput kering pada musim panas,” jawab sang anak.
Ibunya pun punya cara yang licik agar susu kambingnya bertambah banyak. “Kita campur saja susu ini dengan air, supaya bertambah banyak. Dengan begitu, penghasilan kita akan bertambah.”
“Tidak Umi. Khalifah Umar melarang kita berdagang secara tidak jujur,” kata anak perempuan itu menolak saran licik ibunya.
“Ah, biar saja. Khalifah Umar toh tidak tahu kita tidak jujur,” ujar ibunya bodoh amat.
Anak perempuannya ini kemudian menjawab dengan jawaban yang menakjubkan. “Tetapi Allah Maha Tahu. Kita tidak boleh takut kepada Khalifah Umar, tetapi hendaknya kita takut kepada Allah yang mengetahui kecurangan kita.”
Seperti dilansir dari website Pondok Pesantren Tebuireng, ternyata ada seorang lelaki sederhana, berjubah usang yang dari tadi mendengar percakapan mereka.
Lelaki sederhana itu adalah Khalifah Umar bin Khattab. Memang sudah menjadi kebiasaan Khalifah Umar untuk 'blusukan' dengan menyamar untuk melihat kondisi rakyatnya dari dekat.
Blusukan hari itu sangat berharga bagi Khalifah Umar. Ia kagum melihat kejujuran anak perempuan itu.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran