Setelah itu, beliau memerintahkan agar Shafiyah digiring ke belakang beliau kemudian beliau melemparkan selendang kepadanya. Itu adalah pertanda bahwa Rasulullah SAW telah memilih Shafiyah untuk diri beliau sendiri. Kaum Muslimin belum mengetahui apakah Rasulullah hendak menikahi Shafiyah ataukah menjadikannya sebagai budak. Namun, setelah beliau memakaikan hijab kepada Shafiyah, mereka pun tahu bahwa beliau telah menikahinya.
Dalam suatu hadits dari Anas disebutkan bahwa saat membawa Shafiyah binti Huyai, Rasulullah SAW bertanya kepadanya: "Apakah engkau mau menikah denganku?" Shafiyah menjawab, "Wahai Rasulullah, ketika masih menjadi musyrik pun aku telah mengharapkan hal itu, apalagi jika Allah memberiku kesempatan untuk itu dalam Islam."
Rasulullah SAW pun menunggu Shafiyah sampai suci dari haid. Setelah suci, beliau memerdekakan dan menikahinya. Kemerdekaannya itulah yang menjadi mas kawin bagi Shafiyah.
Setelah Rasulullah menikahi Shafiyah, beliau menunggu di Khaibar hingga Shafiyah menjadi tenang. Setelah itu, beliau memboncengkan Shafiyah menuju sebuah rumah di ujung Khaibar yang jaraknya kurang lebih 6 mil dari Khaibar. Rasulullah bermaksud menjadikan Shafiyah sebagai pengantin, tetapi Shafiyah menolak dan tidak mau jika Rasulullah melakukannya.
Penolakan dan keengganan Shafiyah memberatkan Rasulullah. Setelah itu, beliau kembali untuk menyiapkan pasukan dan segera kembali ke sumber cahaya di Madinah al-Munawwarah. Dalam perjalanan itu beliau melewati daerah Shahba. Selanjutnya, beliau perintahkan pasukan agar berhenti dan turun untuk sekadar istirahat di tempat tersebut. Saat itulah, beliau melihat Shafiyah tampak sudah siap menjadi pengantin.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Ummu Sulaim binti Malhan atau Ummu Anas bin Malik 47 mendatangi Shafiyah lalu menyisir rambutnya, merias, dan memakaikan wewangian. Shafiyah pun muncul sebagai seorang pengantin yang cantik dan menawan hingga memesona seluruh mata yang memandang. Bahkan, Ummu Sinan al-Aslamiyah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah melihat wanita yang lebih cerah daripada Shafiyah.
Madinah al-Munawwarah begitu bersinar oleh sukacita atas pernikahan Rasulullah SAW. Terselenggaralah walimatul 'ursy (perjamuan makan dalam resepsi pernikahan) yang sangat ramai. Semua orang menikmati suguhan Khaibar yang lezat hingga kenyang. Setelah itu, Rasulullah SAW menemui Shafiyah dengan hati yang masih menyisakan sedikit duka dan tekanan atas penolakan Shafiyah sebelumnya untuk menjadi pengantin beliau.