SOLO - Kraton Kasunanan Surakarta menggelar tradisi malam selikuran atau malam ke-21 di bulan Ramadan. Hanya saja, berbeda dari tahun sebelumnya, tradisi turun temurun Mataram Islam kali ini digelar dua kali dalam semalam.
Digelarnya malam selikuran dua kali dalam satu malam ini terpaksa dilakukan, menyusul masih terjadi konflik internal di dinasti Mataram.
Uniknya, selain digelar dua kali, lokasi tradisi peninggalan Paku Buwono X, ini pun menggunakan lokasi yang sama, yaitu masjid Agung Surakarta.

Kirab lampu Ting digelar dua kubu, yaitu kubu Bebadan Keraton versi Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi dan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo.
Pantauan Okezone, tradisi malam selikuran yang pertama digelar Bebadan Keraton versi Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi selepas Salat Isya dan Tawarih. Setelah kubu Paku Buwono XIII selesai menggelar kirab, sekira pukul 21.52 WIB, giliran Lembaga Dewan Adat menggelar acara serupa.

Hanya saja, urut-urutan kirab keduannya, tata caranya berbeda. Bila kubu Pakubuwono XIII menggelar Kirab mulai dari Kamandungan langsung menuju Masjid Agung.
Sedangkan kirab malam selikuran LDA, diawali dari Siti Hinggil. Kemudian, iring-iringan yang diawali dengan prajurit Keraton, diikuti iringan lampion serta ratusan obor berjalan mengitari tembok keraton searah jarum jam dan berakhir di Masjid Agung.